Dalam blog pertama ini,
saya akan menuliskan hasil penelitian perdana saya sebagai orang sejarah. Yaitu
tepat di Tugu Petempuran Serpong 1945. Dimana tugu tersebut dibangun tanggal 27
Desember 1949 jam 6 petang, karena mengenang pertempuran rakyat Serpong. Letak
tugu tersebut berada di Bundaran, jalan raya, Cilenggang, Cisauk, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15310. Sebelum berwujud seperti sekarang tugu ini
memiliki kondisi yang cukup miris, karena keadaannya yang tak terarawat dan
kurang di perhatikan. Tapi beberapa tahun belakangan ini mulai mendapat
perhatian pemerintah, sehingga kondisinya jauh lebih baik dan menarik untuk
dikunjungi. Diawali penelitian saya untuk pergi ke lokasi kejadian lalu
menentukan tempat yang akan saya kunjungi hingga saya mendapat banyak cerita
sejarah secara beruntut dengan beberapa sumber primer dan sekunder.
Menariknya dari peristiwa ini yaitu pasca kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Indonesia belumlah sepenuhnya merdeka. Masih banyak bangsa asing yang belum rela sepenuhnya melepaskan Indonesia seutuhnya untuk merdeka. Sehingga masih banyak terjadi pertempuran di beberapa daerah khususnya Tangerang Selatan yaitu Serpong. Uniknya pertempuran ini bukan dilakukan oleh warga sekitar, melainkan dari warga yang berada diluar daerah. Yaitu warga Banten, namun Banten disini bukanlah Banten yang sekarang namun masih termasuk provinsi Jawa Barat, yaitu meliputi Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Cilegon, Lebak, Tangerang Barat, Parung Panjang. Terjadinya pertempuran ini berada di dekat kebun karet yang dikuasai oleh NICA (Nederlandsch IndiĆ« Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration) pada saat itu. Para masa kala itu menyerang markas NICA karena semata-mata emosi akan ulah NICA yang datang kembali ke Indonesia pasca Jepang meninggalkan Indonesia. Melalui pelabuhan Tanjung Priok NICA pergi ke Tangerang sebagai batu loncatan agar Belanda mampu menguasai Batavia kembali. Sontak hal itu membuat warga Banten kala itu marah dan geram, lalu melakukan penyerangan secara barbar namun tak mempersiapkan apapun, karena kebanyakan dari mereka bukanlah tentara perang melainkan warga biasa, yang berakhir pada kekalahan. Dan mayat – mayatnya pun berhamburan di jalanan utama Serpong kala itu.
Pada akhirnya
para mayat yang berjatuhan di jalan raya serpong dibuang ke selokan dan
beberapa di buang dan di dikuburkan di tempat pemakaman pahlawan dekat dengan
Taman Tekno BSD. Semua cerita yang saya
dapatkan berdasarkan dari hasil wawancara (Bp. Suwanta selaku saksi mata
kejadian tsb. Ia tak terlibat namun sekedar melihat terjadinya pertempuran itu
karena kala itu ia yang masih 7/8 tahun takut akan hal yang dilihatnya sangat
kejam. dan penelitian (Dr. Naijan Lengkong.; salah satu guru sejarah di SMAN 12
TangSel dan sekaligus cucu dari veteran yang ikut pada pertempuran tersebut).
Beberapa arsip terkait peristiwa pertempuran tersebut disimpan rapih di LVRI
(Legium Veteran Indonesia) Rangkas Bitung mulai dari sumber primer sampai
sekunder.
Semoga dengan
tulisan ini bisa menambah sedikit banyak wawasan masyarakat khususnya Tangerang
untuk lebih mencintai kotanya berikut sejarah penting terkait kotanya. Minimnya
penulisan sejarah lokal di Indonesia membuat saya ingin membangun sejarah lokal
yang ada di sekitar tempat tinggal saya, guna menunjang kemajuan sadar sejarah
di Indonesia khususnya sekitar daerah saya terlebih dahulu.
SUMBER: Hasil wawancara dengan bapak dr Naijan Lengkong, dan Bapak Suwanta.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar